Tradisi Nyadran Jelang Ramadan Warga Sambirobyong, Saling Berbagi Sambil Merawat Silaturahmi

28 Maret 2022 10:54:48 WIB

Sumberejo ( SID ) Senin, 28 Maret 2022. Setiap menjelang Ramadan, tepatnya pada bulan Sya’ban, masyarakat Jawa khususnya Jawa Tengah dan Yogyakarta, selalu melakukan tradisi Nyadran. Budaya yang telah dijaga selama ratusan tahun ini, dilakukan dengan bersih-bersih makam para orang tua atau leluhur, membuat dan membagikan makanan tradisional, serta berdoa atau selamatan bersama di sekitar area makam.

Tradisi ini telah dilakukan selama bertahun-tahun yang menggabungkan antara kepercayaan adat dan ajaran agama Islam. Tradisi ini dijaga kelestariannya sampai sekarang dan masih dijalankan terutama di daerah pinggiran atau pedesaan.

Senin Pon ( 28/Maret/2022 ) warga masyarakat Dusun Sambirobyong Kalurahan Sumberejo melaksanakan upacara adat Nyadran Mbah Kyai  Menggung Kerto manten  yang letaknya di perbukitan, Gunung Wijil  lebih di kenalnya. Tepat diatasnya ada 2 situs  makam leluhur setempat.  Konon menurut cerita kedua Makam ini adalah suami isteri berpangkat Tumenggung  yang  wafat di pelariannya karena perang dan di makamkan di Gunung wijil ini. Acara di mulai dengan warga membersihkan makam, setelah pembersihan makam, warga mengadakan doa bersama (tahlil) yang di pimpin oleh Dukuh Setempat ( Bp. Munawiril ) untuk mendoakan para leluhur yang telah berjuang sehingga dapat terbentuk pemukiman seperti saat ini.

Selanjutnya, warga mengadakan acara makan bersama (kenduri). Kenduri merupakan hal yang paling ditunggu dalam acara Nyadran. Setiap satu keluarga umumnya membawa bakul bambu,yang isinya berbagai makanan yang sudah di persiapkan malamnya, berupa nasi, lengkap lauk pauknya ,menu utamanya ingkung (ayam panggang). Masyarakat membaur menikmati makanan yang dihidangkan menggunakan wadah berupa daun pisang, bahkan sesekali mereka saling menukarkan makanan.

Selain itu kegiatan ini juga mengusung harapan agar umat Islam bisa menjalankan puasa tahun ini tanpa adanya halangan apapun.

Namun, di tengah pandemi covid-19 ini, tradisi yang biasanya melibatkan massa dalam jumlah banyak ini digelar dengan cara sederhana dan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

 

 

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar