Sosialisasi Moderenisasi Keagamaan

RIFKI 23 Desember 2024 11:15:55 WIB

Kalurahan Sumberejo, 23 Desember 2024 dilaksanakan Sosialisasi modernisasi keagamaan bertempat di Padukuhan Logantung, Kalurahan Sumberejo, Kapanewon Semin, Gunungkidul dimulai pukul 10.00 WIB. Sosialisasi dihadiri oleh Lurah Sumberejo, Kamituwa , Tokoh agama islam dan non islam, masyarakat kalurahan Sumberejo dengan narasumber M. Syaifullah S.Ag, M. Sidr KUA Kapanewon Semin dan Wahid Syarifudin Ahmad. SH.M.hi. Modernisasi Keagamaan adalah perubahan perilaku umat dalam menjalankan ajaran agama yang dipengaruhi oleeh beberapa faktor, seperti kemajuan teknologi, perubahan sistim politik dan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam konteks modernisasi keagamaan, modernisasi beragama merupakan cara pandang, sikap, dan praktik beragama yang mengejawantahkan esensi ajaran agama. Tujuan dari modernisasi beragama untuk membangun kemaslahatan umum dan melindungi martabat kemanusiaan, Sebagai bangsa yang masyarakatnya amat majemuk, kita sering menyaksikan adanya gesekan sosial akibat perbedaan cara pandang masalah keagamaan. Ini tak ayal dapat mengganggu suasana rukun dan damai yang kita idam-idamkan bersama.Di suatu waktu, misalnya, ada umat beragama yang membenturkan pandangan keagamaannya dengan ritual budaya lokal seperti sedekah laut, festival kebudayaan, atau ritual budaya lainnya. Di waktu yang lain kita disibukkan dengan penolakan pembangunan rumah ibadah di suatu daerah, meski syarat dan ketentuannya sudah tidak bermasalah. Karena umat mayoritas di daerah itu tidak menghendaki, masyarakat pun jadi berkelahi.Di waktu lainnya, kita disibukkan dengan sikap eksklusif menolak pemimpin urusan publik, gegara beda agama. Ini terjadi mulai dari tingkat pemilihan gubernur, bupati, walikota, camat, RW, RT, hingga Ketua OSIS dan lain-lain. Selain itu, ada lagi orang yang atas nama agama ingin mengganti ideologi negara, yang sudah menjadi kesepakatan bersama bangsa kita. Yang juga mengkhawatirkan, ada pula seruan atas nama jihad agama untuk mengkafirkan sesama, bahkan boleh membunuh, menghunus pedang, memenggal kepala, dan menghalalkan darahnya.Ini semua fakta yang kita hadapi, karena keragaman paham umat beragama di Indonesia memang amat tak terperi. Nyaris tak mungkin alias mustahil kita bisa menyatukan cara pandang keagamaan umat beragama di Indonesia. Sementara, keragaman klaim kebenaran atas tafsir agama, bisa memunculkan gesekan dan konflik.Lalu, bagaimana menyikapinya? Membungkamnya tidak mungkin, karena itu bagian dari kebebasan ekspresi beragama. Tapi, membiarkan tanpa kendali keragaman pandangan yang ekstrem, juga bisa membahayakan persatuan dan kesatuan, apalagi ihwal agama adalah hal yang teramat sensitif untuk disepelekan.

 

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar